Masak

Perjalanan: Dapur, Tungku, Bumbu dan Kenangan

Tival Godoras
5 min readNov 5, 2024
Tumis kangkung pertama saya dengan tungku kayu bakar. Dokumen pribadi.

Masak menjadi kegiatan baru yang tak terduga menyenangkan bagi saya. Anehnya, ini adalah sesuatu yang hampir tak pernah saya bayangkan. Saya tumbuh sebagai anak yang tak pernah benar-benar menyentuh dapur. Batas saya dulu hanya sampai mencuci piring, dengan kompor dan tungku yang terasa seperti teritorial tabu — wilayah asing yang hanya bisa saya amati dari jauh. Itu adalah dunia yang tak pernah terpikirkan untuk saya taklukan.

🔑 Belum jadi anggota Medium? Baca versi gratis tulisan ini di sini

Ibu saya memberi saya pelajaran dasar — menggoreng telur, membuat mie instan, dan merebus air. Sudah. Tak ada resep rahasia keluarga atau trik khusus dari dapur kami. Bahkan, di rumah nenek saya di kampung, suasananya lebih ketat. Setiap pagi selepas Subuh, saat dinginnya udara kampung di atas bukit menyelimuti, saya mencoba menyelinap ke dapur nenek, mencari kehangatan. Tapi nenek selalu berseru dari ujung dapur, “Jangan di dapur, laki-laki pamali pagi-pagi di dapur. Nanti ditangkap harimau!”

Jadi, saya hanya bisa berdiri di ambang pintu, merasakan aroma kayu bakar memenuhi udara dingin dan mendengar kayu-kayu yang berderak di tungku kecil, berbaur dengan suara masakan.

Kembali ke Dapur yang Familiar di Papua Barat

--

--

Tival Godoras
Tival Godoras

Written by Tival Godoras

berbagi cerita, menjelajahi momentum kecil berharga bersama.

No responses yet