Road Trip Keluarga
Sebuah Refleksi: Kebersamaan Menyusuri Jawa Tengah
Dalam kesempatan kali ini, keluarga kami akhirnya bisa darmawisata ke Jawa Tengah. Kami singgah di kota Tegal, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Magelang, dan Ungaran. Perjalanan ini kami lakukan dengan formasi lengkap: saya, istri, anak kami yang hampir berumur 3 tahun, ibu mertua, dan adik ipar.
Mobil kami adalah MPV kelas menengah yang biasa-biasa saja. Anak kami sudah terbiasa dengan car seat, jadi posisi penumpang adalah sebagai berikut: anak saya duduk di depan dengan car seat, sementara istri, ibu mertua, dan adik ipar duduk di baris kedua. Koper, makanan, galon air minum, push bike, dan mainan anak semuanya berada di baris belakang. Ya, anak saya duduk di car seat. Memang makan tempat, tapi dia bisa lebih anteng, aman, dan istri saya tidak pegal karena harus memangku anak selama perjalanan.
Tujuan utama kami adalah Yogyakarta, tetapi kami transit di Semarang dalam perjalanan pergi dan bermalam di Magelang saat pulang. Total kami bermalam selama 4 malam dengan tipe kamar Family Room.
Keakraban Tidak Ditentukan oleh Ruang
Meskipun mobil kami “cukup” (tidak besar) dengan komposisi penumpang 4 dewasa dan 1 balita, perjalanan ini tetap menyenangkan. Kami semua lebih dekat, baik secara harfiah maupun emosional. Kami memaklumi semua kejadian yang dialami, seperti ketika ada yang lapar dan harus mencari makanan di baris belakang saat mobil masih di tol dan tidak bisa berhenti, atau jadwal pipis yang kadang tidak pernah berbarengan. Jadi, kadang harus berhenti di setiap rest area.
Karena anak kami duduk di depan, dia punya pandangan yang luas untuk melihat jalanan, terutama truk, bus, dan pemandangan kendaraan lainnya. Banyak percakapan menarik yang muncul dari anak kami tentang pengalaman perjalanannya. Tentu saja, saya tidak bisa 100% menanggapi ceritanya karena harus fokus menyetir. Maka, para penumpang di baris tengah yang bergantian menanggapi cerita si kecil di depan.
Ada situasi di mana anak kami “ribut” dengan ibunya, terutama saat jam makan. Ini hal yang sering terjadi, ketika anak-anak susah diajak makan. Mungkin karena serunya perjalanan, dia jadi abai dengan makan. Masalahnya, saat lapar, mood si kecil berubah menjadi galak tanpa sebab. Di sinilah peran nenek dan tantenya muncul. Mereka bagaikan bidadari penyelamat kami. Entah mengapa, anak itu kadang lebih nurut dengan nenek atau tantenya daripada dengan orangtuanya sendiri.
Interaksi kami selama di mobil juga diselingi dengan saling berbalas kentut atau sendawa. Ini menjadi cerita keakraban tersendiri, karena selama hampir 1.300 km di dalam mobil, tidak sehat juga jika harus menahan kentut dan sendawa. Ya, saling memaklumi saja.
Family Room dan Budget Terbatas
Demi menekan budget, ibu mertua memasak bekal untuk perjalanan hari pertama. Nasi bakar yang kami nikmati untuk sarapan dan makan malam, serta beberapa kudapan lainnya, menemani perjalanan pertama kami. Jajan hanya seperlunya saja.
Selama perjalanan, kami bermalam di penginapan dengan Family Room. Kami pikir karena hanya transit, penginapan murni digunakan untuk istirahat saja. Semua serba santai, kami tidak perlu mengikuti aturan yang kaku.
Tidak ada aktivitas yang benar-benar berkesan selama di penginapan, karena aktivitas utama hanya tidur dan mandi. Sederhana dan efektif. Saya hanya selektif dalam memilih penginapan, yang penting urusan parkiran mobil agak leluasa, tidak sempit.
Perjalanan adalah Kebersamaan
1.300 kilometer dengan MPV berisi penumpang 4 dewasa dan bayi dengan car seat tentu bukan sebuah perjalanan yang penuh kenyamanan. Namun, keseruan yang terjadi bukan ditentukan oleh fasilitas atau ruang yang luas, melainkan oleh kehangatan kebersamaan dan kemampuan untuk menikmati momen-momen kecil.
Tentu saja ada banyak destinasi yang tidak sempat kami kunjungi atau kerabat yang tidak sempat kami temui. Ya, itu bagian dari perjalanan. Tidak semua sesuai dengan perencanaan awal. Pulang dengan selamat dan sehat semua sudah cukup bagi kami.
Ketika sampai di rumah, istri saya bertanya apakah saya capek menyetir sejauh dan selama itu? Jawaban saya: tentu capek, tapi happy punya momen berharga dengan keluarga.