Nasi Kuning di Ujung Papua
Sepotong Cerita di Pagi Teluk Bintuni
Pagi itu, di Teluk Bintuni, Papua Barat, saya memulai hari dengan pengalaman baru yang terasa begitu dekat namun tetap membawa keunikan yang khas. Di ujung jalan, aroma nasi kuning yang hangat dan menggoda menarik perhatian saya. Di tempat ini, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, aroma nasi kuning yang tercium dari gerobak kecil di pinggir jalan tampak begitu sederhana, namun ada sesuatu yang membuatnya terasa begitu spesial.
🔑 Lanjutkan membaca dengan tautan ini
Saya mendekati gerobak itu, tak sabar mencicipi hidangan yang dikenal hampir di seluruh Indonesia namun pasti memiliki sentuhan yang berbeda di sini. Nasi kuning dihidangkan di atas daun pisang hijau segar, ditemani lauk-pauk yang tampak sederhana namun menggoda: udang goreng tepung renyah, mie kuning goreng, serundeng kelapa yang gurih, dan potongan timun segar. Di Jawa, nasi kuning biasanya kaya akan rempah dan aroma santan yang kuat. Namun, di Teluk Bintuni ini, rasanya lebih sederhana, setiap suapan terasa “bersih,” seolah-olah mencerminkan kesegaran alam Papua yang belum banyak tersentuh.
Setelah beberapa suapan, saya mulai berbincang dengan ibu penjual yang tampak ramah. “Nasi kuning ini bukan asli Papua,” katanya sambil tersenyum melihat saya menikmati hidangannya. Ia menjelaskan bahwa nasi…